Tuesday, November 30, 2004

PUISI : Jangan Kau 3

Jangan kau tanyakan mengapa aku tak mengirimmu setangkai mawar.
Karena aku telah menuliskan ribuan puisi hanya untukmu.
 

PUISI : Jangan Kau 4

Jangan kau tanyakan seberapa besar cintaku padamu,
karena bagiku gunung adalah debu.

PUISI : Jangan kau 2

Jangan kau sangsikan cintaku saat ku melangkah setapak dari sisimu.
Karena aku kan meradang menyebut namamu di langkah ke dua

PUISI : Jangan Kau 1

Jangan kau tanyakan pada angin malam tentang  keberadaanku.
Karena aku kan hadir di sisimu dalam sebuah kedipan mata.

Cerita Tentang Lebaran 2

Tak ada yang lebih tepat menggambarkan lebaran di masa kecilku dengan satu kata : banyak uang.

Pada hari H atau H+1 lebaran, kita sekeluarga di Yogya selalu silaturahmi ke rumah kakek dan saudara di Solo. Dan sesuai tradisi di sana, setiap anak kecil akan mendapatkan "uang fitrah" dari keluarga kakek, pak de dan pak lik. Yang dapat uang fitrah biasanya anak yang mulai kenal duit, yakni sekitar usia sekolah SD hingga beranjak remaja. Saat itu besarnya uang fitrah yang aku teriama mungkin sekitar Rp. 10.000/ keluaga. Total keseluruhan tinggal dikalikan dengan jumlah kelaurga yang kami kunjungi saat itu. Jumlah yang sangat besar menurutku.

Kini setelah beranjak dewasa, situasi berubah. Sekarang aku yang harus mempersiapkan uang fitrah kepada keponakanku, anak pak de atau pak lik Meski belum berkeluarga, Toh aku telah bekerja, di Jakarta lagi.

Rock d World
rio_nisafa


Monday, November 29, 2004

Cerita Tentang 3 Wanita

Di keramaian kraton jogjakarta, aku sempat memperhatikan 3 wanita tua. Ketiganya berada di area parkir bus wisata, di samping Alun-Alun Utara. Dilihat dari umur dan fisik, ketiganya tak jauh berbeda, berusia tua, di atas 50 tahun, dan masih berbadan sehat. Namun ketiganya menjalani profesi yang berbeda.

Wanita pertama bekerja sebagai pemulung. Ia mengumpulkan berbagai sampah yang dibuang oleh para wisatawan. Yang ia cari adalah botol dan gelas Aqua, kantong plastik, kaleng softdrink, kertas dan sebagainya. Dengan karung besar di punggung dan kait besi, ia mengkais sampah di perbagai tempat, terutama di deket bus.

Wanita kedua bekerja sebagai pengambil sampah makanan. Ia justru mengambil sisa-sisa makanan yang masih terdapat di dos makanan atau tempat makanan lainnya. Makanan itu bisa berwujud sisa nasi, tulang, kulit buah, dan sebagainya. Lalu ia menampungnya di sebuah emper berukuran tanggung. Setelah itu ia akan menjual sisa makanan itu ke peternakan babi. Satu ember dihargai Rp. 4.000,-. (jadi tau kan, kenapa babi itu haram )

Wanita ketiga memilih sebagai pengemis. Ia menghampiri wisatawan untuk meminta belas kasihan atas dirinya seraya berharap uang receh ( atau yang lebih besar) akan segera berpindah tangan. Ia berjalan dari rombongan wisatawan satu ke rombongan berikutnya. Tak jarang ia mengikuti sampai bus wisata atau gerbang wisata.....

Dari sudut pandang saya, ketiganya tak jauh beda, dari umur, fisik, penampilan dan sebgainya. Namun yang menjadi pertanyaan yang terus berkutat di dalam benakku adalah bagaimana ketiga wanita itu melihat dunia, uang, orang lain, ia sendiri, hubungan dengan orang lain dan banyak hal lainnya....

Rock d World
rio_nisafa