Friday, May 12, 2006

Cerpen : Hantu Cekik

 
"Bodoh benar orang-orang ini " ucapku dalam hati. Sebuah search engine yang aku browsing malam ini menunjukkan ada 6.248 page yang menyebut "hantu cekik" sebagai keyword-nya. Malam sebelumnya page yang tercatat hanya mencapai 4.951 page.
 
Bagaimana mungkin di jaman internet ini, ketika manusia tengah berencana untuk bermigrasi ke planet Mars, masih ada orang yang terbelenggu dengan hal-hal gaib. Terlebih dengan Hantu Cekik yang tengah ramai di bicarakan di dua buah kabupaten di Jawa Tengah. Bagaimana logika dan akal sehat mampu menjelaskan hal tersebut. Apapun dalihnya, dari pesugihan-orang menjadi kaya dengan menyembah setan, siluman laut utara yang lolos dari benteng gaib para wali enam abad silam, atau dedemit iseng yang memang suka menggoda manusia.
 
Lebih bodoh lagi, Anto, temanku saat kuliah di komunikasi UGM, sempat menanyakan hal tersebut melalui sms. Apakah hal seperti ini masih tetap dikonsumsi oleh temanku yang kini menempati posisi Senior Copywriter di sebuah worldwide advertising agency. Begitu juga dengan Dodo, karibku yang kini menjabat Kabag Humas di salah satu kabupaten pemekaran di Kalimantan. Meski ia bisa mengklaim ikut menjatuhkan rezim Soeharto, ia pun tak sehebat yang aku duga.
 
Aku kemudian men-save page google di USB drive dan kemudian menekan tombol Print Screen. Selanjutnya angka-angka ini akan aku laporankan pada "boss"ku. Bahwa ada penambahan page di situs2 indonesia maupun luar negeri yang mencantumkan kata hantu cekik. Belum lagi ratusan berita di sejumlah media cetak, yang aku kliping rapi, baik dari koran lokal, koran nasional, tabloid kuning, majalah gaib dan sebagainya. Singkatnya kerjaku kali ini sukses besar. Cukuran bonus akan mengalir ke rekeningku dan kuliah S2 konsentrasi Propaganda dan Publikasi di Melbourne University telah terbayang di mata.
 
Sebenarnya tak sulit bagiku melakukan tugas ini. Sesuai dengan perintah boss, aku hanya diberi brief untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat di kota kecil di pesisir laut jawa. Hal ini berkaitan erat dengan adanya info bahwa salah satu pelaku pemboman di kuta, bali sedang berada di kota ini. Selanjutnya hanya dengan meminta 3 anak buahku saja, masyarakatpun geger akan adanya hantu cekik. Mereka bertigapun akan mendapat imbalan yang tak kalah besar, apalagi kerja mereka hanya mencekik, benar-benar mencekik orang-orang yang lewat di jalan sepi sendirian. Namun anak buahku juga bukanlah sembarang orang. Mereka adalah orang-orang terlatih, bagaimana mencekik orang dan membuat pingsan selama sekian jam, membuat trauma mendalam ke sang korban, kemudian menyebar isyu ke masyarakat hingga menjadi staf Public Relations seorang dukun ternama.
 
Akupun mematikan sebatang Sampoerna A Mild di bibir asbak. Setenguh kopi instantpun telah aku habiskan. Angka di systray komputer menunjukkan 11.53. "Saatnya istirahat" ucapku dalam hati. Pointer mouse-pun  mengarah ke Start|Shut down. TIBA-TIBA ... "AAHHRGGGG" teriakku tercekik. Nafasku tiba-tiba serasa terpenggal, leherku tertekan sangat kuat. Akupun tak dapat berteriak apalagi sekadar mengucap sesuatu. Badanku lemas seketika. Mataku hanya bisa melihat sepasang pergelangan  tangan bersisik berwarna hijau, berbulu lebat dan berkuku tajam tengah mencekik leherku.
 
Jakarta, 8 Desember 2005, 11.56 AM.
 
Rock d World
rio_nisafa

Cerpen : REGINA

02/03/2006, 13:36
Regina
nanti mlm aku mulai pindah, tolongin aku pindahan yah, ga bnyk kok.please. :)


Sebuah sms singkat aku terima tepat saat meeting divisi advertising & promotion akan dimulai. Entah kenapa, tiba-tiba saja pikiranku tak dapat dipusatkan ke weekly meeting ini. Ya, sms ini telah merusakkan presentasiku tentang Update Content Website. Bahkan, ketika ibu Priscilla, sang Marketing Director, mengajukan pertanyaan tentang detail content Product knowledge, aku terlihat sangat gagap. "shit, ini kan cuman persoalan sepele, sekadar cross check ke Product Development Departement" ungkapku di dalam hati.

" ada apa sich ? " tanya Iwan lirih sambil merapatkan diri di meja kerjaku. " ennngg.... gak, gak pa pa, tiba-tiba aja kepalaku agak pusing saja". Sang web designer ini ternyata juga mampu membaca perubahan diriku.

Angka di systray telah menunjuk 17.02. Pointer mouse aku arahkan ke turn off computer. Aku hanya ingin meninggalkan kantor dan setumpuk kerjaan. Friendster dan Blogger yang biasa aku sambangin tiap sore, rupanya tak cukup menahanku untuk segera tiba di kost.

Aku mengenal Regina dari Ude, teman kuliahku. Lebih dari itu, Regina sebenarnya adalah cewe Ude. Tapi entah mengapa, aku tertarik pada Regina melebihi semua gadis yang aku kenal. Akupun masih menginggat jelas saat mataku bertatap dan kulit lembutnya menjabat tanganku. "Regina...." sapanya terdengar merdu di telingga. " Regina Pramadita " sambung Ude. Aku kemudian melancarkan basa-basi ringan " namanya indah... seindah orangnya" Aku dan Ude, tersenyum simpul, sedang rona wajah Regina ku lihat sedikit memerah.

“ Ude mana ? “ tanyaku saat Regina tiba di kost. “ Ude gak bisa dateng, lagi ada internal audit, kayaknya ia ada lembur sampai akhir minggu ini ” jawab Regina detail. Barang bawaan Regina, rupanya tak terlalu banyak seperti yang aku duga. Aku membantu Regina mengangkat beberapa kardus besar.

Kamar Regina berada tak jauh dari kamar ku, selisih dua kamar. Regina memilih kost ini karena lokasinya yang dekat dengan kantornya. Rumah kost ini memang terletak di Karet, sebuah lokasi strategis, tak jauh dari kawasan segitiga emas Jakarta. Meski merupakan kost campur, tidak ada batasan penyewa kost harus laki-laki atau perempuan, banyak juga harus mengantri untuk tinggal di tempat ini. Aku juga begitu mempermasalahkan. Bahkan tatkala aku menawarkan kost ini ke Regina, ia dan Ude juga tak ambil pusing.

Aku merebahkan diri tempat tidur. Harusnya setelah membantu pindahan Regina, tubuh ini bisa diajak istirahat. Mataku menerawang ke langit-langit kamar. ” Nggak boleh terjadi... ini gak boleh terjadi ” ucapku dalam hati... ” Regina, kenapa aku harus bertemu dengan gadis semanis dirimu. Senyummu bukan hanya mampu menularkan sebuah semangat, tetapi juga meruntuhkan hati ini. Bahkan saat pertama kali aku mengenalmu, saya mungkin telah jatuh cinta padamu... ya jatuh cinta.”

”Beep...beep...beep ” Siemens ME45 di samping bantalku berdering ringan, memecah keheningan malam dan keresahan dalam hati ini.

02/03/2006, 22:54
Ude
Thank ya.. udah bantuin Regina pindah. Sori gw ga bs bantu, lg da kerjaan nich.

” Maafkan aku, Ude....” kembali batin ini bergejolak. Bagaimana bisa aku menikam Ude dari belakang. Enam tahun persahabatan di bangku kuliah dan tiga tahun perjuangan di kota metropolitan haruskan berakhir secara tragis dan penuh luka. Logikaku tak bisa mencari pembenaran atas hadirnya rasa ingin memiliki Regina dan pengkhinatan sahabat sebaik Ude.

"tok, tok, tok " pintu kamar diketuk.... Jantung ini semakin berdebar-debar. Nafasku semakin memburu tak tentu. "tok, tok, tok " suara ketukan makin terdengar mengema seakan memecahkan gendang telinga. Akupun bergegas membukakan pintu kamar.

Regina berdiri tepat di depan pintu. Senyum manis masih tergantung di bibir tipisnya. Namun aku masih tetap melihat raut wajah indahnya, meski seharian penuh ia bekerja, selama sekian jam harus mengandalkan fisik untuk prosesi pindahan kost. Kaos ketat dan celana selutut yang dikenakan Regina, turut menyempurnakan lekuk tubuhnya. ” Ya... ampun, mengapa aku tak bisa mengontrol denyut nadi ini, desah nafas ini dan derasnya peluh keringat ”

"maaf mbak, bisa minta aquanya ga " Regina menyodorkan sebuah mug besar. Aku masih saja tergagap melihat Regina tepat di depan mataku, saat tengah malam, saat aku tak kuasa ingin memeluknya erat, selama-lamanya.

"oh, Tuhan, normalkah diriku ? "



Rock d World!
rio_nisafa