Tuesday, November 18, 2008

Jaman Internet = Jaman batu

Klo di bilang bahwa kehidupan selalu berputar, maka kehidupan kita saat ini juga merupakan putaran dari kehidupan sebelumnya. Apa yang kita anggap sebagai sebuah kemajuan, secara dasar adalah proses kembali pada tataran kehidupan sebelumnya.... pusing ya? Mari kita sederhanakan....

Dulu, ada masa yang kita kenal sebagai jaman batu(prasejarah), kemudian jaman modern (jaman bersejarah) dan terahkir jamaninternet ( cyber). Artinya setelah jaman modern, kehidupan kita saat ini dan ke depan, tak ubahnya mengikuti berbagai pola kehidupan di dunia batu.

1. Gambar sebagai alat bahasa
Saat ini kita banyak mengunakan icon, gambar dan simbol dalam mengkomunikasi sesuatu. Yang paling gambang dan sering digunakan adalah icon-icon yang berada di program komputer. Mengunaan icon ini merujuk kembali pengunakan piktogram, yakni penulisan huruf paku yang (lebih mirip gambar) oleh manusia purba di dinding gua.
>> Pengunaan piktograf pada dasarnya merupakan bentuk komunikasi secara sederhana, sedang pengunaan icon adalah upaya menyerdahanakan komunikasi

2. Hak Kepemilikan
Klo mo cari informasi sesuatu, gooling aja. dunia cyber memiliki apapun secara tidak terbatas. Semuanya gratis. bahkan kita bisa mendapatkan program, lagu, video dan apapun secara gratis. Banyak orang yang men"share" berbagai file yang dimiliki tanpa berpikir untung rugi. Internet telah menyediakan apapun, sama seperti alam menyediakan semuanya pada jaman batu. pada jaman batu, yang namanya binatang itu gratis, tinggal bagaimana seseorang mampu berburu di alam liar.
>> Manusia purba tak perlu berpikir tentang hak milik, karena alam telah menyediakan. teknologi juga melakukan hal sama, memudahkan orang saling berbagi.

3. Status Individu
Jaman batu, manusia berinteraksi tanpa batas ruang dan waktu, mereka berkumpul dalam gua-gua, kelompok kecil di alam bebas dan membangun strata strata sosial yang sederhana. Kini email, teleconfrence, videocall, blog dan sebagainya membuat sesama manusia dalam dunia cyber saling berhubungan secara sederhana dan menembus sekat-sekat strata sosial yang dibangun dalam jaman modern.
>> Manusia kembali menjadi satuan individu bukan sebagai anggota dari kelompok strata sosial tertentu. masyarakat purba adalah masyarakat tanpa strata sosial, sedang masyarakat cyber menafikkan strata sosial.



Source gambar : http://i25.tinypic.com/1581t9s.jpg

Friday, November 14, 2008

Kisah Simbah Diyem


Simbah Diyem adalah seorang nenek tua sebatang kara yang berprofesi sebagai pedagang kerupuk puli... Sehari-hari simbah berjualan di Pasar Bandar Kediri. Seharian Simbah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki tanpa alas menuju pasar dari rumahnya di lereng Gunung Klotok Sukorame yang berjarak 14 km. Kakinya bengkak... gondong di lehernya menunjukkan kemiskinan yang menerpa kesehariannya. ...

Usai berjualan, Sang Simbah selalu mampir Masjid Baiturahman yang terletak di Jalan Penanggungan tak jauh dari Pasar Bandar. Saat itu Masjid Baiturahman masih dipenuhi pepohonan yang rindang, di tambah beberapa pohon bambu di pojok depannya... Asrama IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) ada di samping masjid....

Setelah berwudhu’, simbah masuk masjid. Mengambil mukena dari keranjang kerupuknya ...
dan melakukan solat Zuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, Simbah keluar masjid dan mengumpulkan dedaun yang bertaburan di halaman masjid.Sehelai demi sehelai dikutipnya. Tidak satu helai pun dibiarkannya. Tentu saja agak lama simbah membersihkan masjid dengan cara itu, padahal matahari sedemikian menyengat. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Para takmir masjid dan pelajar SMP Muhammadiyah yang sehari-hari berada di lingkungan masjid menjadi iba melihatnya.

Pada suatu hari, takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum simbah datang. Ketika simbah datang dan seperti biasa usai sholat, melakukan pekerjaan rutinnya.... . namun dia terkejut karena tidak ada satu helai pun daun yang berserakan di halaman masjid. Dia kembali ke masjid dan menangis sambil bertanya kepada semua orang mengapa dedaunan itu sudah disapu sebelum kedatangannya. Orang di dalam masjid menjawab, karena mereka kasihan melihatnya.

Seketika itu Simbah menjawab : "Jika kalian kasihan melihatku, berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya,"jawab simbah sembari menyeka air matanya. Singkat cerita, keesokan harinya simbah dibiarkan mengumpul dedaunan yang bertebaran di halaman masjid seperti biasa. Orang-orang tak mengerti.

Seorang pelajar Kelas II SMP Muhammadiyah bertanya, dan mendapat jawaban.. : "Saya ini perempuan bodoh," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya mungkin tidak selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Nabi Muhammad s.a.w. Setiap kali saya mengambil sehelai daun itu, saya mengucapkan selawat kepada Rasulullah.Kelak jika saya mati, saya ingin Nabi datang menjemput saya. Biarlah semua daun itu menjadi saksi saya berselawat kepadaNya"....

Kami semua meneteskan air mata haru.....
Kini Simbah Diyem mungkin telah tiada.....

======
ps : kisah ini bener-bener bikin aku terharu
source : email dari seorang sahabat

Rock d World!
rio_nisafa