Lalu kenyataannya gimana ?
Daripada pusing-pusing melihat tataran ideal dan tataran kenyataan, saya punya sederet pengalaman yang saya dan istri saya alami.
Penutupan Bus Trans Jogja.
Suatu sore, istri saya mengeluh karena tertahan beberapa waktu di halte bus trans jogja. Bus yang seharusnya sudah lewat dari beberapa waktu , ternyata tidak kunjung datang. Bahkan beberapa bus dengan jalur lain telah datang berulang kali lewat halte tersebut. Oya, bus trans jogja itu mirip dengan bus trans jakarta (atau terkenal dgn busway). Dengan terpaksa, saya pun harus menjemput di halte tersebut.
>>> Ternyata bus yang ditunggu istri saya, jalurnya di pindah ke rute lain, melewati halte yang seharusnya disinggahi itu. Akibatnya penumpang bus tersebut menumpuk di halte atau diturunkan di halte lain yang tidak diharapkan. Usut punya usut, ternyata SBY sedang meresmikan taman pintar, sebuah wahana belajar bagi anak-anak yang disediakan pemkot jogja. Taman pintar itu sendiri terletak di jalur yang dilewati oleh bus yang hendak dinaiki istri. Jika pemimpin itu mementingkan rakyatnya, kenapa harus mengorbankan rute bus, yang melayani ratusan rakyatnya?
Penutupan Jalan Jogja - Wates
Kali ini saya yang dongkol, perjalanan ke kantor di wates, kulon progo (30 km barat kota jogja) ternyata dihambat oleh petugas dari kepolisian maupun dinas perhubungan. Laju motor saya diberhentikan dan diarahkan masuk ke sebuah jalan desa. Tepatnya di daerah sedayu (km 15). Begitu juga dengan penguna jalan raya lainnya, entah bus, mobil pribadi, sepeda motor dan sebagainya. Semuanya di selilipin di jalan-jalan desa yang sempit. Alat transportasi yang tengah menuju jalan raya itupun tertahan. Sialnya, saya tertahan hingga waktu 30 menitan. Kemudian, jalan wates benar-benar kosong dari semua mode transportasi. Sesaat kemudian lewat iringan mobil dinas kepresidenan yang dikawal belasan mobil dinas lainnya.
>>> ternyata jalan raya jogja-wates diperintahkan untut dikosongkan hanya dengan alasan ada SBY yang lewat. SBY rupanya berencana akan meresmikan desa kerajinan di daerah Sentolo Kulon Progo dan acara lainnya di kabupaten Purworejo (barat kab Kulon Progo). Jalan raya Jogja Wates itu seakan-akan hanya milik presiden dan rombongannya, rakyat dibiarkan terpanggang panas matahari, dipenuhi asap knalpot dan emosi yang "nggggrrr" hanya karena menunggu rombongan sby lewat. Jika pemimpin itu mementingkan rakyatnya, kenapa harus mengorbankan jalan raya, yang dilewati ribuan rakyatnya?
Pengeledahan di dalam masjid Agung Jogja
Jumat itu, saya sengaja menyempatkan diri sholat jumat di Masjid Gede Kauman Yogyakarta, sebuah masjid peninggalan kesultanan Yogyakarta. Niat itu saya jalankan dengan harapan dapat mendengarkan khutbah jumat dari Gus Dur, yang saat menjabat presiden. Tetapi ternyata bukan khutbah Jumat, Gus Dur justru berbicara setelah sholat jumat. Saat itu ribuan umat islam memadati masjid raya, jauh sebelum adzan dikumandangkan. Namun yang membuat saya kesal, ternyata saya harus diperiksa oleh paspampres, lengkap dengan alat detektor logam. Seluruh badan saya dipindai dengan alat tersebut. Begitu juga ribuan umat islam yang berniat sholat di masjid tersebut.
>>> Jika pemimpin itu melayani rakyatnya, kenapa harus takut dengan rakyat yang dilayaninya ?
Hamzah Way
Rupanya Wapres Hamzah Haz, termasuk orang yang tidak sabaran ketika berlalu lintas di jakarta. Ia pun dikabarkan pernah mengunakan jalur bus way, ketika melintasi jalan raya di ibukota. Bahkan ada sebuah karikatur, setelah ada bus way ada pula hamzah way. hehehe. Para penguna jalan raya lainya hanya bisa dongkol dengan ulah sang wapres ini, mengunakan jalan yang bukan haknya.
>>> Jika pemimpin itu melayani rakyatnya, kenapa ia duluan yang minta dilayani dan mengabaikan ribuan rakyatnya ?
foto : http://i195.photobucket.com/albums/z171/rilham2new/Kunjungan%20SBY%20ke%20RIAU/cet2.jpg
Rockin'>>>!
rio_nisafa
5 comments:
Ia tuh..!
note : ini merupakan comment seorang teman melalui email penulis. copy paste, tanpa editing, sesuai permintaan teman tersebut.
==================================
Kamu boleh saja mengeluh.. tapi sebaiknya jangan MENGHASUT…!
Saya juga tidak yakin kalau kamu jadi PRESIDEN, tidak melakukan hal yang sama..
Semua ada aturan nya.. di Kepresidenan juga ada Protokoler..
Kalau cuma masalah diperiksa metal detektor, Rute dialihkan atau dihentikan sementara karena
Presiden mau lewat toh juga tidak akan makan waktu satu hari dari hidup kamu..
Apakah kamu juga tidak tahu (atau pura pura buta) dengan perilaku orang-orang Indonesia
yang mengaku Pancasilais, yang mengaku punya Budaya Timur…?
Kenyataannya :
Kalo ada Kebakaran kerja nya menjarah.. ada tanah kosong milik orang lain main ditempati,
mau pindah hanya kalau dikasih ganti rugi,… Lampu merah, kuning ataupun Hijau sama saja
tidak ada bedanya… Aturan lalu lintas tidak lagi menjadi suatu aturan, melawan arah/arus
malah menjadi suatu kebanggaan, diberitahu malah lebih galak atau tertawa bangga..
Ada bencana alam malah dijadikan ajang cari duit/memperkaya diri diatas penderitaan yg
kena bencana.. dan seterusnya… dan seterusnya… inikah Pancasilais ???
Apa jadinya kalau orang Indonesia dibiarkan seenaknya (tidak diatur)?
Apakah mau Presiden yang sudah susah payah dicari dan dipilih melalui proses yang panjang
dan mahal terbunuh sia-sia ? atau tewas kecelakaan karena lalu lintas tidak diatur oleh protokoler?
Saya bukan pembela Presiden, tapi saya adalah pembela PEMIMPIN, siapapun yang sudah kita
sepakati untuk dipilih sebagai PEMIMPIN kita bersama, harus dijunjung dan dihargai serta dihormati..
WALAUPUN SECARA PRIBADI KITA TIDAK SUKA DIA..!
Belajarlah menghargai orang lain, apalagi itu PEMIMPIN kamu, tanggung jawab dia berat.. Dunia Akhirat..
Dia bertanggung jawab atas 250 juta kepala.. amat sangat wajar kalau kalau dia diberi sedikit Privilledge
untuk kelancaran tugasnya dia (SIAPAPUN PRESIDEN NYA)
Bukan lantas di cerca, di caci, dan di rusuhi..
Sebaiknya kamu belajar mengenai apa itu Leadership.. ikutlah training People Management..
Supaya kamu tahu rasanya bagaimana menjadi PEMIMPIN, tanggung jawab PEMIMPIN, dan tahu apa yg
terjadi bila tidak ada seorang PEMIMPIN.. atau orang yang bersedia MEMIMPIN..
Bukan mengeluh karena perjalanan di stop sementara, rute bus dialihkan, ataupun Cuma
diperiksa/dipindai dengan Metal Detektor..
Atau memang kamu punya Agenda untuk menjagokan Capres-capres tertentu??
Kirim tanggapan saya (tanpa di edit) kepada orang-orang lain yang juga kamu kirim email dibawah..
Apakah kamu berani ????
Salam
Yanwar A
note : ini merupakan reply penulis kepada teman (yang commentnya telah dimuat dalam blog ini juga). juga tanpa editing, agar menjadi sebuah diskusi yang menarik
==================================
1. Netral ?
ketika nulis "Pemimpin negeri ini ?", saya sudah menduga akan banyak reply ttg tulisan tersebut. Sederhana saja, sekarang lagi jamannya panas-panasnya pemilu. Semua yang behubungan dengan politik dan kekuasaan menjadi lebih sensisitif. jadi memang ada beberapa reply masuk ke inbox email. Ada yang bersikap netral, menceritakan pengalaman serupa. Di satu sisi, ada yang mengira bahwa saya, sedang mengajak golput. Ada yang menduga, saya sedang melakukan dukungan capres tertertentu. So, ini bentuk netralitas saya dalam tulisan, saya tidak mengarahkan pendapat tertentu pada pembaca. Justru pembaca lah yang menguatkan opininya sendiri melalui tulisan saya.
2. pengalaman pribadi ?
Jelas, tulisan ini tersebut merupakan pengalaman pribadi saya. Kapan dan dimananya pengalaman saya, sudah jelas dalam tulisan saya. Bukan pengalaman orang lain apalagi penilaian orang lain, hasil survey atau apapun terhadap individu-individu yang saya tulis. Mengapa saya tidak menulis ttg Amin Rais, Wiranto, Sultan HB X, Megawati, Prabowo atau bahkan Soeharto sekalipun?. Ya, karena saya belum pernah punya pengalaman dengan mereka. itu saja.
3. Tidak ada Untung Rugi ?
tidak ada untungnya bagi saya untuk mendukung seorang calon presiden di tahun 2009 ini. Misalnya saya mendukung capres X, saya tidak bisa menjamin bahwa X tidak akan melakukan apa yang telah saya tuliskan. Bagaimana saya menjamin bahwa presiden X tidak akan melakukan penutupan jalan, saat dia akan lewat. begitu juga, Tidak adanya ruginya saya, dengan tulisan tersebut. Apakah akan ada perubahan dalam tata cara perjalanan sang presiden? Apakah orang yang saya tulis akan "rela" berdesak-desakan di jalan raya seperti rakyat yang memilihnya ? tidak juga kan?. Saya hanya ng menuliskan pengalaman saya dengan teman-teman melalui email dan blog. itu saja.
4.hak pemimpin dan hak rakyat ?
Presiden berhak tinggal di istana kepresidenan, gubernur berhak tinggal di rumah dinas gubernur dan seterusnya. Rakyat juga berhak untuk mendapat perumahan yang layak sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar atas sandang, pangan dan papan. Begitu juga dengan mobil kepresidenan. itu adalah hak sang presiden. rakyat juga berhak untuk mendapatkan sarana transportasi yang layak yang seharusnya disediakan pemerintah melalui BUMN, seperti tidak merayap di atas kereta listrik.
lalu masalahnya adalah, ketika ada hak rakyat yang dilanggar oleh pemimpin negeri ini, seperti pengalaman saya. Saya tidak mempermasalahkan presiden naik mobil apa, itu haknya presiden. tetapi jalan raya, itu merupakan sarana umum, berbeda dengan mobil dinas yang sifatnya berupa fasilitas negara yang diberikan pada individu. Begitu juga dengan jalur khusus bus way di jakarta, dan rute perjalanan bus trans jogja. Semua adalah fasilitas umum yang lebih banyak digunakan oleh masyarakat luas (atau dalam bahasa politik adalah rakyat).
5. protokoler?
Jika saya masuk mall dan pak satpam memeriksa saya dengan metal detektor, maka saya tidak akan pernah komplain. pemeriksaan itu merupakan bagian dari pekerjaan satpam. Klo saya saya jadi menjadi juara memancing internasional, saya juga tidak keberatan jika diperiksa paspampres jika mendapat undangan 17-an di istana. Oya, saya juga punya cerita (meski tidak ingat sekali). Slimulat pernah menghibur presiden di istana, baju adat jawa yang mereka kenakan juga ikut diperiksa paspamres. Hasilnya keris yang jadi asesoris pun akhirnya dilakban oleh paspampres.
masalahnya adalah tulisan saya bersetting di jalan raya, bukan di mall atau istana presiden. Begitu juga dengan Cerita saya yang bersetting masjid. Jadi bagi saya, datang ke masjid ya cukup dengan niat untuk ibadah... nah klo kemudian saya diperiksa dengan metal detektor, ssaya malah berpikir, apa bedanya saya dengan rakyat palestine, yang ke masjid aja diperiksa sama tentara israel? Kenapa tidak sang presiden, yang justru datang ke masjid, mengunakan "protokoler masjid"?
6. sang pemimpin ideal ?
saya pernah mendapat email ttg presiden iran saat ini, ahmaddimejad. Ia adalah presiden yang justru sangat merakyat. tidak terikat protokoler, pola kehidupan yang sederhana, bahkan sholat di deretan tengah shaf. ini adalah contoh ideal di mata saya. jadi ini sekadar perbandingan saja.
7. diskusi?
tulisan saya, selain saya posting melalui email, juga saya publish di blog saya. http://rio-nisafa.blogspot.com
jika ada dari tulisan ini atau tulisan sebelumnya, ada fasilitas comment ddi setiap tulisan. Dengan cara ini lah saya bisa berdiskusi dengan teman-teman.
salam.
Rockin'>>>!
rio_nisafa
Aku lebih tertarik membaca diskusi antara dirimu dengan temanmu via email itu...
Menarik...
Aku jadi ingat ulasan kompas tentang pemilu jaman Orde Lama (sorry...aku lupa pemilu tahun berapa). Bung Hatta dan menteri di kabinetnya saat itu datang ke TPS tanpa perlakuan khusus. Mereka datang dan langsung masuk antrian, seperti para voter yang lain. Bisa bandingkan dengan pemilu 2004 atau pemilu Orde baru? :)
sebaiknya kita suarakan apa yang menurut kita melenceng dari jalur, suarakan dengan cara yang kita pikir paling baik dan beradab.
sambil kita suarakan, pikiran sebaiknya tetap jernih dan dingin, apapun feedback orang pikiran tetap sehat
biarkan orang yang hobby berdebat dengan tembok, kita berdiskusi dengan manusia
Post a Comment