Kumpulan dari catatan kecil yang sering berserak di harddisk komputer, inbox sms, draft email, agenda kerja, notes, dan sebagainya...
Tuesday, February 13, 2007
[tentang] Mendadak (Gila) Dangdut
... lay, lay, lay, lay, lay, lay
... panggil aku si jablay
... abang jarang pulang
... aku jarang dibelai
Saat ini siapa tak kenal lagu "Jablay" di atas?. Sebuah lagu dangdut yang (semakin) melambungkan nama Titi Kamal. Lagu ini semakin menambah deretan prestasi yang telah dicapai salah satu artis sexy ini (setidaknya menurut saya :p).
Lagu "Jablay" sendiri terrangkum dalam Album OST (Original Soundtrack) film "Mendadak Dangdut". Dalam film ini Titi Kamal juga berperan sebagai pemeran utama. Meski film tersebut telah putar di cinema beberapa bulan yang lalu, lagu "Jablay" masih sering terdengar dalam frekuensi yang tinggi.
Titi Kamal memang tak mau disebut sebagai penyanyi dangdut. Sebenarnya saya pun menyayangkan tidak terjunnya Titi Kamal sebagai penyanyi dangdut sekalian. Satu Album dengan hits "Jablay" sepatutnya bisa menjadi modal untuk tampil live di televisi atau panggung hiburan lainnya. Dalam sebuah tayangan infotaiment (damn, ternyata saya nonton juga!), Titi Kamal menyatakan bahwa menyanyi dalam film tersebut tak lebih dari sekadar tuntutan skenario. Mempunyai album rekamanpun merupakan bagian dari pekerjaannya sebagai pemain film.
Namun saya tidak akan membahas film "Mendadak Dangdut" kali ini. Hal ini dikarenakan Toni, sohib saya tidak mengajak saya (atau mentraktir tepat) ke bioskop. Oya, nama di atas adalah nama yang mempengaruhi saya untuk mengenal musik dangdut secara mendalam. Satu tahun tinggal di kontrakan bersamanya, saya rutin menyaksikan program acara KDI dan acara musik dangdut lainnya di televisi. Jadi saya akan membahas lagu-lagu dalam Album "Mendadak Dangdut" saja.
Sebagai album soundtrack, tidak banyak dialog di film yang ditampilkan. Jikapun ada itu hanya dialog ringan yakni "neng ikutan abang ndangdutan yuk? // najis lo!" yang muncul di intro "jablay". Lalu dialog lain semacam announce "selamat datang dangdut mania di seantero pulau gadung//baiklah selanjutnya kita tampilnya seorang asing yang tidak artis lagi.. Nyi Maduma!!" pada lagu "Jablay" dalam versi dangdut remix. Ketika saya perhatikan detail, konyol juga sang mc.
Album ini pun tidak bisa dikatakan sebagai 100% album dangdut . Dari 10 lagu yang ditawarkan, empat lagu di antaranya adalah lagu ber-genre pop dan satu bernama dangdut remix. Dan tidak semuanya mengambil suara dari artis bernama Kurniati Kamalia ini (?). Ada vokal laki-laki yang hadir dalam format musik band.
Beberapa lagu perlu mendapat catatan dari saya. Lagu pertama yang saya ingin bahas tentunya "Jablay". Lagu ini sangat fenomenal sehingga istilah jablay muncul dimana-mana. Saya melihat stiker besar di sebuah bus. Seorang teman juga disapa Jablay. Kekuatan lagu ini memang terletak pada judul "jablay" yang menarik sekaligus "ear cachting". Liriknya pun unik, bertutur tentang seorang perempuan yang jarang dibelai. Konon kata jablay sendiri mempunyai konotasi negatif, semacam wanita murahan.
Lagu "Aduedueh Kakang" yang muncul dalam track ke 8, warna dangdutnya terasa sangat kental. Cengkok Dangdut Titi Kamal pun begitu kuat. Titi Kamal seakan mengerahkan kemampuan vokal terbaiknya dalam lagu ini. Hal ini terdengar melalui alat musik kendang dan instrumen electone yang hadir di intro dan pertengahan lagu.
Sementara lagu "Buronan Cinta" menghadirkan semacam interaksi dengan penonton. Sekilas mirip dengan lagu "Penonton" yang pernah dibawakan Vety Vera berduet Wan Abud atau pertunjukan lenong betawi. Judulnyapun terbilang unik, seakan menginggatkan saya pada lagu dangdut lainnya "Pengemis Cinta" milik Johny Iskandar.
Kritik sosial seakan tampak hadir dalam lagu "Mars Pembantu". Kisah (atau tepatnya derita) para pembantu rumah tangga terekam dengan baik. Tutur lagu ini seakan mewakili perasaan PRT yang nasibnya tetap saja terpuruk. Coba simak reffrainnya yang bergaya pantun "meski banyak padi di sawah, hatiku selalu resah// meski tlah ganti pemerintah, hidupku selalu susah//... oh nasib pembantu"
Lagu terkeren di album ini, menurut saya jatuh pada lagu "Dangdutkah Kita". Nilai sempurnapun layak ditujukan. Lirik dalam lagu ini membawa kita pada nuansa dangdut klasik negeri ini. Dengar aja sepintas reffrain lagunya "Tak ada gubuk derita meski makan sepiring berdua, dan menari-nari bagai boneka dari india". Nama Rhoma Irama, sang raja dangdut, pun terbawa-bawa dalam lagu ini. Hentakan kendang diikuti seruling semakin menambah nuansa klasik pada lagu ini. "Dangdutkah Kita" seolah ingin mengembalikan kita pada "khittah dangdut".
Lagu ini pulakah yang kemudian membawa pertanyaan besar kepada saya, persis sesuai judulnya, "Dangkutkah Kita"... atau lebih tepatnya "Seberapa dangdutkah saya ?" Atau kenapa saya jadi Mendadak (gila) Dangdut ? hehehe.... :p
Dangdut d World!
..eh, salah
Rock d World!
rio_nisafa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment