Tuesday, February 08, 2005

Cerita tentang Bujangan

Suatu malam di depan TV, seorang teman berkomentar... " Masak sich, acara MTV Bujang disponsori oleh Kondom Fiesta ? " Aku hanya tersenyum dan menjawab singkat " Emang bujang nggak boleh pake kondom ? ". Karena sama2 bujangan dan kerja di bidang periklanan, selanjutnya kami berdiskusi lebih lanjut mengenai brand awardness, target market, media strategi dan sebagainya.
 
Tapi masalahnya sebenarnya adalah bukan soal kondom atau iklan. Tetapi menyangkut berbagai realitas yang kita hadapi. Kata bujang, yang menjadi awal diskusi, harus didefinisi ulang. Bujang kini harus diartikan sebagai status sosial, dengan kata lain harus benar-benar dipisahkan dengan status susila. Bujang mengacu pada persoalan bahwa seorang lelaki belom menikah dan Perjaka merujuk pada apakah seseorang pernah melakukan hubungan sex atau belom. Dan dari sisilah seharusnya jawaban atas pertanyaan penamaan MTV Bujang terjawab. Dengan bahasa yang lebih sederhana bujang berbeda dengan perjaka.  that's all.
 
Sama seperti halnya menikah dengan kawin. Dalam terminologi bahasa, kawin lebih merujuk pada tataran biologis, sebuah kebutuhan yang secara natural dimiliki oleh setiap mahluk hidup untuk regenerasi. Sedangkan menikah berada tataran sosial, ketika dua orang diikat secara agama (akad nikah), hukum (KUA) sosial (resepsi pernikahan) dan kultur (adat pernikahan). Untuk bisa kawin, dua orang tersebut harus terikat dengan pernikahan.
 
Dan kini, kata nikah dan kawin harus dibedakan juga. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus freesex, hamil di luar nikah, single parent, selingkuh, zina hingga pelacuran.
 
Jika bahasa merujuk pada konstruksi sosial dalam masyarakatnya, realitas apakah yang sedang di dalam diri kita ???
 
 
Rock d World
rio_nisafa

No comments: