Sunday, January 24, 2010

Kanan Kiri Oke

" Coba tangan satunya di keyboard, satunya pegang mouse "

Kalimat tersebut saya tujukan pada anak PKL, seorang siswi SMK yang tengah magang di kantor beberapa minggu silam. Kedatangan anak PKL bagi saya pribadi sangat-sangat menguntungkan, setidaknya meringankan beban kerja yang terlihat sederhana seperti foto kopi, mengantar surat, dan sebagainya. Bahkan beberapa kali saya meminta mereka untuk melakukan pekerjaan yang lebih "menantang", mengetik surat di komputer... perlu saya tegaskan memakai komputer, karena di kantor saya, mesin ketik manual masih kerap digunakan.

Kata-kata di atas saya lontarkan saat mereka masih mengunakan satu tangan saat berhadapan komputer. Saat mengetik mereka hanya mengunakan tangan kanan, saat mengunakan perintah format huruf dan sebagainya tangan kanan mereka berpindah dari papan tetulis ke tetikus. (bener gak ya ejaannnya gini ???). Saya tidak menyalahkan mereka, para anak PKL yang baru pertama kali beradaptasi di dunia kerja. Namun saya merasa lebih gregetan... seharusnya tugas saya lebih cepat selesai jika mereka mampu mengoperasikan komputer dengan dua tangan sekaligus.

Tentang mengunakan dua tangan, tangan kiri di keyboard dan tangan kanan di mouse sebenarnya saya pelajari juga dari seorang teman Jodhi, beberapa tahun silam. Dari ia lah saya belajar bagaimana mengunakan dua tangan dalam mengoperasionalkan komputer. Ia adalah designer di sebuah biro iklan lokal di kota Jogja; dimana saya pada saat yang sama saya diberi job desc sebagai copywriter dan wartawan.

Saya melihat bagaimana Jodhi mampu mengedit sebuah foto atau melayout sebuah iklan dengan lebih cepat dengan dua tangan yang aktif. Tangan kiri di keyboard ia gunakan untuk perintah keyboard shortcut dan tangan kanan digunakan untuk mengedit sebuah obyek, layer atau seleksi dalam aplikasi CorelDraw atau Photoshop.

Ternyata bukan hanya dalam aplikasi grafis, penerapan dalam Microsoft Office, seperti Word pun menjadi saya lebih cepat untuk mengetik maupun mempercantik tampilan tulisan. Begitu juga saat kita menerapkan berbagai perintah keyboard shortcut dalam Windows Operating System.

Setelah melontarkan kalimat di atas dan memberi sedikit contoh kepada anak PKL ..... saya lantas berpikir ada apa dengan tangan kiri ?

Mengapa tangan kiri jarang sekali kita gunakan ? Apakah makan dengan dua tangan, sendok dan garpu membuat waktu makan kita lebih pendek ? Saat merokok, bersisir, menyapu atau kegiatan apapun dengan tangan kanan, sedang apakah tangan kiri ? Mengapa guru SD tidak membebaskan kita untuk menulis dengan tangan kiri ?

Saya lantas teringat Leonardo di Caprio.... Eh, bukan Leonardo yang jadi Jack Dawson dalam Titanic, tetapi Leonardo da Vinci.... Konon ia bisa menggambar dengan memakai tangan kanan dan menulis dengan tangan kiri..... Adakah orang lain seperti dia yang mampu melakukan hal serupa ? Entahlah, mungkin anda mau mencoba ??

Antara Bunda, Prita dan Saya.

"Hati-hati klo nulis di internet atau facebook, meski Prita mendapat banyak dukungan, hidupnya gak tenang juga" (Bunda, beberapa minggu lalu)

Kalimat di atas diucapkan Bunda saat Prita masih menghadapi tuntutan ganti rugi sebesar 204 juta. Kini cerita lain lagi, Prita dinyatakan tidak bersalah oleh majelis hakim, walau tampaknya jaksa penuntut umum tengah berpikir untuk banding.

Bunda saya memang tidak mengenal secara pribadi dengan Prita. Beliau adalah orang awam di bidang hukum dan internet. Hanya sekali beliau "meneggok" facebook untuk melihat foto-foto keponakan di situs jejaring itu. Jadi kalimat di atas seakan menjadi nasehat bagi saya untuk berhati-hati dalam mengungkapkan ekspresi di dunia maya.

Sebagai nasehat orang tua ke anaknya, tentunya saya menyimak baik-baik. Saya tak tidak mau jadi anak durhaka ala Malin Kundang. Saya pun tidak membantah atau mengeluarkan sejumlah jurus argumen. Hanya berkata lirih "ya, bunda" hehehhehe

Namun tidak untuk tulisan ini, bukan karena saya lain di bibir lain di hati lho (walahhh!!). Bagi saya menulis status di fesbuk adalah sebuah ekspresi, sebuah penyampaian pendapat ke publik melalui situs yang didirikan oleh seorang pemuda yahudi (walahhhh lagi). Begitu juga dengan bentuk email, ia adalah sebuah sarana komunikasi. Apapun itu content di dalamnya.

Begitu juga dengan kasus Prita. Email Prita seharusnya dipahami secara sederhana saja, bahwa ada seorang warna negara (atau konsumen) yang hanya ingin mengutarakan pendapatnya terhadap Rumah Sakit Omni Internasional. Dan kita semua tahu bahwa isi email tersebut menyatakan kekecewaan terhadap pelayanan (dokter) rumah sakit tersebut. Pihak RS OMNI seharus memahami email Prita secara sederhana pula, sebagai sebuah kritik dari pasiennya. Simple kan. Klo kritik itu kemudian dijadikan bahan masukan untuk memperbaikan kinerja, maka pihak RS Omni sendiri lah yang diuntungkan dengan kritik tersebut.

Sekarang lihatlah RS OMNI di dunia maya, komentar miring pun bermunculan mengenai rumah sakit ini. Seorang netter menyatakan klo pun ia sekarat tidak akan masuk ke RS tersebut. Bahkan ketika RS OMNI mendapat award di dunia marketing, orangpun lantas mencibir. Bahkan banyak orang yang mempertanyakan kata "internasional" pada rumah sakit yang (ternyata) tidak ada hubungan afiliasi manapun RS manapun di luar negeri. Mungkin kita juga perlu tahu apakah sejak kasus Prita mencuat, omzet, eh kunjungan pasien melorot tajam atau tidak.

Kasus Prita pun seolah menjadi sebuah pertanyaan besar.... kenapa upaya kritik (atau menyampaikan pendapat) justru dikenakan tuduhan pencemaran nama baik. Bahkan ketika hukum mengacu pada UU ITE, sanksi yang diberikan justru lebih besar dari KUHP. Padahal kita tau semua bahwa KUHP merupakan produk belanda pada masa kolonial. Kini setelah merdeka, Pemerintah justru mengeluarkan perundang-undangan yang lebih kejam dari bangsa penjajah itu.

Mengaitkan ke ranah IT dan hukum, UU ITE justru semakin membelenggu warga negara dalam menyampaian pendapat di jaman yang sudah global ini. Ini jaman internet bung, jaman keterbukaan kenapa juga semua dikekang ? Para akademisi dan jurnalis pun ramai-ramai menolaj UU ITE. Justru pekerja entertaiment yang justru menggugat Luna Maya dengan UU ini... maaf, saya tidak berkenan menyebut pekerja infotaiment sebagai jurnalis, karena infotaiment tidak mempunyai nilai berita apapun bagi saya.

Bahkan ketika demam facebook pun, kebebasan menyampaikan pendapat sudah terbuka luas. Simplenya, hanya dengan menulis status, kita sudah menyampaikan pendapat kita secara terbuka ke seluruh dunia, sedetik setelah kita klik tombol update status. Maka upaya pengekangan pendapat individu melalui pasal pencemaran nama baik justru menimbulkan lawakan tak bermutu. Repot amat negara ngurusin hal-hal semacam ini.

Kembali ke soal kritik sosial.... maka ingatan saya kembali pada sebuah status beberapa minggu lalu " Gimana nasib Anggodo yah ? Kok SBY tidak menuntut Anggodo, padahal jelas-jelas namanya dicatut seperti yang kita dengar di sidang MK. Masak SBY kalah sama RS Omni, perkebunan kakao dan pemilik semangga " ..... (kurang lebih sich, detailnya sama males buka profil fb).

Inilah bentuk kritik saya pada negara ini, bukan saja pada Anggodo dan SBY, tetapi juga rasa keadilan di republik yang sejak jaman saya SD didengung-dengungkan sebagai negara hukum. Sekali lagi inilah kritik saya seorang warga negara biasa. Saya bukan aktivis yang melakukan aksi-aksi jalanan, saya bukan akademisi yang mengajarkan etika di bangku kuliah, atai pengamat yang bersuara lantang di media... Jadi inilah bentuk kritik saya pada pemerintahan saat ini.

Dan semua ini bukanlah pencemaran nama baik, buat apa saya mencemarkan nama mereka, gak ada untungnya sama sekali buat saya. Jika ada pihak-pihak yang merasa tercemar nama baiknya karena status saya (dan tulisan ini) tolong, sekali lagi tolong gunakan akal sehat Anda.... itupun klo masih ada.

Rockin'>>>!
rio_nisafa

tulisan dan resolusi 2010.

Tahun 2007 lalu, saya mempunyai memasang target untuk membuat tulisan setiap minggunya.... namun ternyata tak sampai 52 tulisan yang saya hasilkan... 2010 ???

Berbicara mengenai pergantian tahun tidak akan afdol jika tidak disertai dengan sebuah resolusi untuk tahun depan. Sebuah target yang dipancangkan dalam-dalam agar (semoga) dapat terlaksana. Target tahunan tersebut juga seakan menjadi lecutan semangat untuk menghadapi perjalanan waktu. Lebih dari itu, resolusi tahunan juga akan terlihat seberapa progres yang telah kita capai dan hendak kita raih.

Mengenai dunia menulis, jauh sebelum tahun 2007 pun, saya memang pernah membuat tulisan. Soal kualitas dan kuantitas, saya tak akan menilai. biarlah pembaca (termasuk anda!) yang menilai tulisan saya. Namun setidaknya respon berupa comment di notes fesbuk, blog, hingga reply di email cukup menjadi bukti bahwa tulisan saya juga dibaca oleh sejumlah teman. Oya tulisan saya tersebar di http://www.rio-nisafa.blogspot.com, http://www.facebook.com/rio.nisafa, serta http://www.geocities.com/rio_nisafa yang telah tutup itu. Ada beberapa yang tidak diupload karena awalnya tulisan itu "hanya" berupa komentar atas tulisan teman yang ternyata terdiri atas sekian paragrap.

Namun sekali lagi, sejumlah tulisan di blog tersebut tidak memenuhi target saya untuk menulis setiap minggunya. Bahkan dalam waktu 3 tahun sekalipun (2007, 2008, dan 2009), jumlah tulisan yang saya hanya sekitar 45an.. (ini hanya hitungan sekilas dari harddisk)... ini berarti dalam kurun waktu 3 tahunpun, saya gagal memenuhi janji pribadi itu.

Lalu tulisan ini hadir (seakan) untuk mempertanyakan kembali target 2007 ? masihkan target itu berlaku untuk tahun 2010 ? mo naikin target menjadi 3 hari sekali menghasilkan tulisan, ataukah malah turun sebulan sekali.. ?

sebuah pertanyaan yang belum bisa saya jawab meski tahun baru datang dua hari lagi.

Sang Peramal

" kadang aku mikir, rio ki iso "membaca trenmasa depan", je... bener ra? "

Comment di atas ditulis oleh seorang sahabat saya, Nur Hidayanto pada sebuah foto di album Facebook saya. Tepatnya bukan foto tapi gambar cover "Serial Roy dan Joko" yang telah saya unggah pada akhir Nopember 2009. Komik itu sendiri merupakan bentuk lain dari serial Roy dan Joko yang lebih banyak menggambil bentuk narasi. Cerita lengkap mereka berdua pernah saya unggah di situs geocities. Namun sayang pada Oktober 2009, situs ini ditutup oleh Yahoo!

Cak Nur, begitu sapaan kami, temen-temen kuliah di Komunikasi UGM pada sosok aktivis kampus biru pada masanya. Bagi saya pribadi, ia merupakan sosok yang nyaman sebagai teman diskusi, baik selama kuliah maupun sesudahnya. Meski tak banyak intensitas diskusi yang kami lakukan, namun tak mengurangi keintiman obrolan kita berdua, mulai dari ranah komunikasi, politik, sosial hingga agama.

Membaca komentar di atas menginggatkan saya bahwa ia pernah menyatakan hal yang sama, meski secara lisan... Pertanyaan saya buat diri saya sendiri "benarkan saya bisa membaca trend masa depan ?" atau lebih sederhana "bisakah saya meramal?"

Pertanyaan di atas memang seolah sederhana, namun tidak untuk jawabannya. Saya bukan seorang dukun yang bisa membaca tanda-tanda mistik. Saya bukan futurolog yang menyimpulan sesuatu di masa depan melalui kecendrungan trend masa. Saya bukanlah ekonom yang mampu berhitung statistik dan . Saya juga bukan seorang entrepeneur yang mampu membaca peluang ekonomis di masa depan.... Dan saya juga bukan orang alim yang diberi isyarat oleh Sang Pencipta. Saya hanya manusia yang tengah belajar saja... itu saja.

Seingat saya, ada beberapa tulisan saya yang terbukti "benar" di masa depan, beberapa kurun waktu setelah saya mengunggah tulisan saya di blog, situs personal maupun notes di facebook. Kata benar perlu saya kasih tanda kutip, karena benar menurut versi saya sendiri. Atau jangan-jangan bukan kata "benar" yang patut saya tuliskan... tetapi masih relevan hingga saat ini. Mungkin pengertian relevan yang lebih masuk akal.

Berikut ini beberapa tulisan (juga komik) yang mungkin benar menurut ramalan saya, eh bukan.... masih relevan beberapa saat sesudah saya menulisnya.

(satu)
Komik Roy dan Joko "Gadis Di Tangga Kampus"
Sumber : Album Facebook, 30 November 2009

Fatwa hukum haram rebounding dan cat rambut mencuat beberapa hari terahkir. Bagi saya yang awam tentang hukum agama (dan saya tidak bisa berdebat mengenai fatwa ini)... masalah rebounding atau cat rambut hanyalah soal citra diri yang sangat dipengaruhi pencitraan penampilan diri yang muncul di media massa, apalagi televisi, itu saja. Konsep cantik, berat ideal, kulit ideal sekarang dibentuk oleh industri dengan media massa sebagai corongnya.


(dua)
Anggota Tim Sukses terburuk : SBY, poltak.... ngomong kacau, suka menyela, berteriak2, satu lagi gak camera face
sumber : Kampanye Award, Notes Facebook, 4 Juli 2009

Saat ini terdapat group di facebook yang menuntut agar partai Demokrat memecat Ruhut Sitompul sebagai anggota Dewan. Hal ini dipicu saat Ruhut mengatakan "Bangsat" saat rapat Pansus Soal Bailout Bank Pencury, eh Bank Perampok, eh Bank Century. Ini hanya satu contoh saja, dalam rapat dewan lainya, kita semua bisa melihat bagainya si raja minyak ini suka menyela, suka memotong pembicaraan orang. Klo soal camera face, itu penilaian subyektif saja.


(tiga)
Katanya sich, dalam ideologi Pancasila, ada ajaran yang menyatakan bahwa pemimpin itu harus mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan individu, keluarga maupun golongan.
Sumber : pemimpin negeri ini ???, Blog, 06 Januari 2009

Saat Anggodo mencatut nama SBY dalam kasus mafia hukum, SBY malah diam saja. SBY seharusnya menyeret Anggodo ke ranah hukum karena pencemaran nama baik. Saya sebagai warga negara marah karena kepala pemerintah sebagai simbol negara dicatut sembarang. Di lain kesempatan, saat nama keluarganya tertulis di Gurita Cikeas, SBY malah curhat di depan guru, klo keluarganya difitnah. Klo kepentingan negara, SBY malah diam. tapi giliran keluarga yang disinggung baru deh berbicara, eh curhat.


(empat)
Saya hanya takut, esok hari, ada ejekan "Wong Indonesia"; "Indonesian, lu", atau "Dasar Indonesia!". Sebuah ejekan yng diberikan oleh negara-negara maju pada republik ini. Sebuah ejekan yang mengambarkan kepada pandirnya kita, pandir dalam mengurus dirinya sendiri!
Sumber : [tentang] Dasar Indonesia!, Blog, 06 Juli 2007

Beberapa setelah tulisan ini, indonesia ribut sama malaysia soal reog, batik, tari pendet dan sebagainya. Kemudian kita juga tau bahwa malaysia kerap memanggil orang indonesia di dengan panggilan "indon"... sebuah panggilan merendahkan. Bagi saya inilah karma bagi kita bangsa indonesia yang suka merendahkan bangsa sendiri dengan sapaan "Wong ndeso!", "dasar kampungan" atau "udik lu"

@@@
mungkin ada bisa menambah ramalan saya yang berbukti ??? hehehehehe.............