Monday, April 20, 2009

Perjudian Atas Nama Pemilu


Kabar bahwa sejumlah rumah sakit jiwa menyiapkan bangsal khusus caleg gagal, tampaknya sudah lama terdengar. Sekian banyak orang jadi stress gara-gara pemilihan legistatif juga barang jamak di media massa. Sejumlah RSJ juga mengalami peningkatan pasien inap, rawat jalan atau sekedar berkonsultasi kesehatan jiwa. Sebuah running text di televisi menyatakan bahwa dinas kesehatan mengindikasikan adanya ribuan caleg terindikasi mengalami gangguan jiwa. Uniknya ada juga caleg yang harus menjalani terapi transfer energi yang berbau supranatral untuk menenangkan dirinya.

Berita sore di statiun tv lain menyatakan sebuah puskesmas menyetok obat penenang lebih banyak sesuai instruksi dari dinas yang juga berkaitan dengan agenda 9 april lalu. Seorang ibu bahkan harus gantung diri karena hanya mendapat belasan suara. Seorang caleg gagal menyegel halaman rumahnya yang biasanya digunakan sebagai pasar kaget, karena memperoleh suara minim dari para pedagang. Di kota lain, caleg mengusir beberapa keluarga yang tinggal di atas tanahnya, hanya karena orang yang terusir tidak mencontrengnya. Pengurus pengajian terpaksa mengembalikan karpet yang diberikan caleg saat pemilu karena sang caleg tidak mendapat suara cukup. Di tempat lain, bukan karpet tapi berupa semen dan ubin keramik.


Atau anda mau menambah lagi..... Silahkan, monggo...

Lalu untuk apa kita mengikuti pemilu jika para calon anggota legistatif nya seperti ini ?

Mungkin ada yang berkomentar " saya tidak memilih caleg seperti di atas, ia berhasil duduk di dewan? "

Tapi apakah ada garansi yang menyatakan seandai caleg yang ia pilih, tidak berperilaku sama seandainya sang caleg hanya mendapat suara minim?

Pertanyaan selanjutnya bagaimana kita bisa percaya pada pemilu yang membiarkan orang yang memiliki potensi sakit jiwa berhak mencalonkan diri sebagai anggota dewan?

Atau jangan-jangan pemilu ini tak ubahnya seperi sebuah pertaruhan atau judi? Pemilu seakan menjadi adu untung layaknya judi dadu atau judi togel. Siapapun boleh memasang taruhan asal punya uang. Syarat lain, gak ada sama sekali. Tinggal berhitung, seberapa banyak duit yang tinggal di dompet. Mo mempertaruhkan seluruh isi dompet juga tak masalah. Tinggal pilih pada angka yang dipercaya pembawa lucky dan memacu jantung saat bandar menggulirkan dadu. Yang menang, silahkan mabuk kepayang. Yang kalah, diperbolehkan melontarkan sumpah serapah dan menjadi gila.

Sekali lagi, jangan-jangan (seperti kalimat pembuka paragrap di atas) .... Perjudian, eh maksud saya pemilu ini memang harus seperti di atas, karena mengagung-agung sesuatu yang bernama demokrasi? Toh, yang namanya demokrasi kan dari rakyat untuk rakyat oleh rakyat?. Jadi wajar banget, klo siapaun berhak mencalonkan diri sebagai anggota dewan yang terhormat itu. Persoalan kriteria bagaimana, mengapa dan siapa yang berhak mencalonkan diri bukanlah menjadi sebuah perkara. Atau pertanyaannya, siapa yang akan mempersoalkan dan kenapa harus dipersoalkan pula.

Sudahlah.... Daripada saya ikutan-ikutan gila seperti mereka.

rti mereka.

1 comment:

Anonymous said...

Anda menyelesaikan beberapa poin di sana. Saya melakukan pencarian dengan tema dan menemukan sebagian besar orang akan memiliki pendapat yang sama dengan blog Anda.