Tuesday, July 06, 2010

Aku dan Muhammadiyah #2


Dalam minggu-minggu ini kota Jogja diprediksikan akan macet. Selain libur tengah tahun bagi murid sekolah, kota Jogja akan didatangi oleh muktamirin (peserta muktamar) dan pengembira. Jumlahnya bisa ribuan orang. Pagi ini (Sabtu, 3 Juli) kemacetan sudah terjadi dalam perjalan saya ke "kota". Beberapa status FB menyatakan sejumlah kemacetan. hehehe. 

Kembali ke cerita Aku dan Muhammadiyah. Ini sambungan dari tulisan sebelumnya. 

Ketika masih SD, Jogja sebenarnya juga udah pernah menjadi tuan rumah muktamar Muhammadiyah. Saya lupa itu terjadi pada tahun berapa atau muktamar ke berapa. Mungkin pada pertengahan dekade 1980-an. (saya udah googling, tapi gak nemu). Saat muktamar berlangsung, sekolah diliburkan beberapa hari. Karena gedung SD tersebut akan dijadikan tempat penginapan bagi peserta muktamar. Saya lupa ada berapa hari libur saat muktamar. atau bagaimana ruang kelas disetting menjadi tempat peristirahatan.

Saat SD pula, saya berlangganan Majalah Kuntum, Sebuah majalah yang dikeluarkan Muhammadiyah (atau organisasi otonomya) yang menyasar pada pembaca anak dan remaja awal. Seinggat saya majalah ini diwajibkan oleh Sekolah. 

Saat menduduki bangku kuliah (kayak Jepang aja, menduduki ?) Saya pindah tempat tinggal lagi. Kali ini saya tinggal di kampung Demakan, Tegal rejo. Dibandingkan 2 tempat tinggal sebelumnya, kampung ini lebih kompleks. Stara sosial ekonominya pun beragam. Ada cukup banyak penduduk yang beragama non islam. Nuansa Muhammadiyah juga tak sekental dibandingkan dengan Purwodiningratan, kampung saya sebelumnya. Namun begitu,  rasa "Muhammadiyah" masih terasa di kampung ini, setidaknya saat lebaran. 

Sudah menjadi pengetahuan umum, kadang terdapat perbedaan hari dalam menentukan awal puasa atau hari lebaran. Perbedaannya adalah Muhammadiyah yang mengunakan "perhitungan" dengan organisasi islam lainnya yang mengunakan "pengamatan". Klo secara resmi, pemerintah dalam hal ini Departemen Agama yang kemudian menentukan kapan Idul Fitri atau hari pertama bulan Ramadhan. Nah, selama saya tingggal, dimanapun, hari raya Lebaran bisanya mengacu pada perhitungan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Hal ini tentunya terlihat pada aktivitas kolektif umat islam di sekitar saya, seperti sholat ied atau sholat tarawih.

Pernah suatu saat terjadi perbedaan penentuan hari lebaran. Muhammadiyah menentukan idul fitri lebih awal dari pengamatan organisasi islam lainnya. Atau organisasi lain menentukan idul fitri terlambat sehari perhitungan Muhammadiyah. Namun begitu, perbedaan ini  bukan hal besar bagi saya. Toh, masyarakat muslim di sekitar saya juga merayakan pada hari yang sama dengan saya, eh Muhammadiyah. Ritual sholat ied juga digelar seperti biasanya, tanpa meninggalkan kesan berurang jamaahnya, dibandingkan saat tidak ada perbedaan hari.

Jadwal mudik keluarga saya ke Solo pun jadi mundur. Biasanya kita mudik pada hari H, namun pada saat itu, kami mudik pada H+1. Hal ini disebabkan karena keluarga solo mengacu pada hari lebaran yang ditetapkan Departemen Agama. Alhasil bagi keluarga Solo, kedatangan keluarga saya dihitung pada hari H.

Nuansa "Muhammadiyah" di diri saya juga terlihat pada pilihan Rumah Sakit yang saya tuju. Jika ada persoalan kesehatan, saya selalu merujuk pada RS PKU, yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Lokasinya bersebrangan dengan SD Muhammadiyah saya. Setidaknya saat saya harus melakukan operasi kecil terhadap telingga. Begitu juga saat saya harus masuk UGD karena kaki tersiram air panas. Untungnya, saya termasukk orang yang jarang masuk rumah sakit.

Dalam benak saya, atau "doktrin" yang saya terima sejak sekolah dulu, berobat ke RS non Muslim sama saja mengupayakan pemurtadan umat islam. Dana yang didapat oleh RS non islam akan digunakan untuk menyebaran agama tersebut. Tapi entahlah, saya  tak akan membahas lebih lanjut hal ini. Bagi saya berobat ke RS PKU adalah bagian membangun Muhammadiyah, terutama untuk menghidupkan amal usahanya. 

Amal usaha muhammadiyah memang banyak sasaran. Selain dakwah itu sendiri, Muhammadiyah juga bergerak di bidang pendidikan (dari TK paud hingga perguruan tinggi), kesehatan (RS PKU, poliklinik), sosial (panti asuhan), kewanitaan (melalui aisyiyah) pemuda dan pelajar (melalui organisasi otonomnya), kepanduan, beladiri silat hingga sampai ekonomi (bank perkreditan, komplek perkantoran, retail). 

Akhir kata, Selamar bermuktamar Muhammadiyah..... 

1 comment:

alfaqih said...

Your story is tantamount to ants that live in groups of ants. because for me you are among those who are born already Muhammadiyah, suggesting no longer need yourself to be a Muhammadiyah, so it means people around you are including Muhammadiyah also will definitely help you because you are including in its class. it is very fair ...