Monday, August 20, 2007

[tentang] Murid yang Bodoh#1

Jika ada predikat murid yang bodoh, saya yakin bahwa saya termasuk dalam nominasi ini. Bahkan saya juga yakin, saya akan diunggulkan. Sekali lagi cuman diunggulkan, bukan yang meraih prestasi terbodoh.

Jadi asumsi awal yang hendak saya sampaikan adalah Jangan terkecoh dengan penampilan kacamata yang saya pakai. Kacamata ini hanyalah kacamata yang saya gunakan karena terlalu nonton TV terlalu dekat. Sumpah, ruang di rumah saya dulu yang terlalu sempit, menjadikan jarak mata saya dan layar tivi tidak sesuai kaedah yang baik dan benar.

Tapi tak apalah, saya mulai dari duduk di bangku SD, jaman saya masih pake baju merah putih. Kebetulan saya sekolah di SD yang favorit. Terletak di tengah-tengah kota serta memiliki regu Drum Band yang menyabet juara umum tingkat DIY-Jawa Tengah. Fasilitasnya pun lengkap. ada Mushola luas, UKS yang bersih, perpustakaan yg lengkap (setidaknya dibandingkan SMP saya), hingga alat pemadam kebakaran. SD saya pernah maju dalam lomba sekolah teladan, meski saya tak tau meraih juara berapa.

Soal muridnya, saya yakin teman-teman saya pinter-pinter semua. Muridnya sering maju di lomba cerdas cermat di TVRI Lokal. Hasil NEMnya pun terbilang tinggi untuk Ranting Yogya Barat. Mungkin karena saat itu sudah ada jam pelajaran tambahan alias les sore hari menjelang EBTANAS (sekarang Ujian Ahkir Nasional)

Mungkin karena muridnya pinter-pinter itulah saya jadi terlihat bodoh. Hal ini saya sadari saat kelas 6. Saat itu ada seorang guru yang menerapkan tugas kelompok dalam pelajaran kelas. Awalnya Guru memilih 5-6 murid terpandai untuk maju ke kelas. Kemudian satu persatu mereka menunjuk teman untuk dijadikan teman sekelompok. Walhasil murid yang pandai akan terpilih di awal-awal pilihan, diikuti oleh murid yang prestasinya sedang. Nah yang tidak pinter, harus mengalah belakangan.

Dan ternyata, saya menempati posisi tersebut... posisi ahkir yang dipilih sebagai teman sekelompok belajar... wadefak... rupanya saya dianggap bodoh oleh teman saya sendiri.

Tapi beberapa minggu kemudian, sang guru merubah pola main di atas. Sekarang yang maju ke depan, bukannya murid2 yang paling pandai di kelas, tetapi justru murid yang terbodoh yang maju ke depan dan "seolah" menjadi ketua kelompok belajar. Sekali lagi, ternyata saya masuk kelompok 6 besar terbodoh di kelas. saya maju ke depan dan memilih teman untuk masuk kelompok saya."anjrittt"

Memasuki masa remaja di bangku SMP, kebodohan saya tak kunjung hilang, malah nambah... Apalagi statusnya SMP tidak favorit. Mereka yang masuk SMP ini hanya karena nem rendah atau terbuang dari SMP favorit. SMP yang tak bisa dibanggakan sama sekali. Bahkan saya tak tau, apakah smp saya punya lemari kaca untuk memajang beragam piala. Pokoke payah banget dan ra mutu.

Dengan teman-teman SD yang begitu pintar saja saya tetap tidak terkatrol menjadi pintar, apalagi dengan teman-teman SMP yang saya yakin tingkat kepinterannya setara dengan saya. Hal ini diperparah dengan fasilitas sekolah yang minim. Tapi ya udah lah, saya masuk SMP ini karena NEM saya yang pas-pasan juga.

Di Kelas satu, rangking kelas saya adalah 33 (atau 31) dari 44 siswa... huahuahau, besar banget tuh angka. dulu waktu SD rangking itu hanya untuk 3 besar, kini saya jadi tau betapa bodohnya saya. angka itu sudah membuktikan. Akibatnya dari rangking itu saya masuk di kelas 2C. Gambarannya Kelas 2A adalah kelas bagi murid murid yang masuk rangkin 11 besar, 2B untuk rangking 12-22, dan seterusnya. Wah, temen saya yang bodoh jadi banyak banget, sekelas lagi. Walau bukan kelas terbodoh alias kelas 2D.

(bersambung)


[tentang 13/agustus2]

Rock d World!
rio_nisafa

No comments: