Sunday, January 24, 2010

Sang Peramal

" kadang aku mikir, rio ki iso "membaca trenmasa depan", je... bener ra? "

Comment di atas ditulis oleh seorang sahabat saya, Nur Hidayanto pada sebuah foto di album Facebook saya. Tepatnya bukan foto tapi gambar cover "Serial Roy dan Joko" yang telah saya unggah pada akhir Nopember 2009. Komik itu sendiri merupakan bentuk lain dari serial Roy dan Joko yang lebih banyak menggambil bentuk narasi. Cerita lengkap mereka berdua pernah saya unggah di situs geocities. Namun sayang pada Oktober 2009, situs ini ditutup oleh Yahoo!

Cak Nur, begitu sapaan kami, temen-temen kuliah di Komunikasi UGM pada sosok aktivis kampus biru pada masanya. Bagi saya pribadi, ia merupakan sosok yang nyaman sebagai teman diskusi, baik selama kuliah maupun sesudahnya. Meski tak banyak intensitas diskusi yang kami lakukan, namun tak mengurangi keintiman obrolan kita berdua, mulai dari ranah komunikasi, politik, sosial hingga agama.

Membaca komentar di atas menginggatkan saya bahwa ia pernah menyatakan hal yang sama, meski secara lisan... Pertanyaan saya buat diri saya sendiri "benarkan saya bisa membaca trend masa depan ?" atau lebih sederhana "bisakah saya meramal?"

Pertanyaan di atas memang seolah sederhana, namun tidak untuk jawabannya. Saya bukan seorang dukun yang bisa membaca tanda-tanda mistik. Saya bukan futurolog yang menyimpulan sesuatu di masa depan melalui kecendrungan trend masa. Saya bukanlah ekonom yang mampu berhitung statistik dan . Saya juga bukan seorang entrepeneur yang mampu membaca peluang ekonomis di masa depan.... Dan saya juga bukan orang alim yang diberi isyarat oleh Sang Pencipta. Saya hanya manusia yang tengah belajar saja... itu saja.

Seingat saya, ada beberapa tulisan saya yang terbukti "benar" di masa depan, beberapa kurun waktu setelah saya mengunggah tulisan saya di blog, situs personal maupun notes di facebook. Kata benar perlu saya kasih tanda kutip, karena benar menurut versi saya sendiri. Atau jangan-jangan bukan kata "benar" yang patut saya tuliskan... tetapi masih relevan hingga saat ini. Mungkin pengertian relevan yang lebih masuk akal.

Berikut ini beberapa tulisan (juga komik) yang mungkin benar menurut ramalan saya, eh bukan.... masih relevan beberapa saat sesudah saya menulisnya.

(satu)
Komik Roy dan Joko "Gadis Di Tangga Kampus"
Sumber : Album Facebook, 30 November 2009

Fatwa hukum haram rebounding dan cat rambut mencuat beberapa hari terahkir. Bagi saya yang awam tentang hukum agama (dan saya tidak bisa berdebat mengenai fatwa ini)... masalah rebounding atau cat rambut hanyalah soal citra diri yang sangat dipengaruhi pencitraan penampilan diri yang muncul di media massa, apalagi televisi, itu saja. Konsep cantik, berat ideal, kulit ideal sekarang dibentuk oleh industri dengan media massa sebagai corongnya.


(dua)
Anggota Tim Sukses terburuk : SBY, poltak.... ngomong kacau, suka menyela, berteriak2, satu lagi gak camera face
sumber : Kampanye Award, Notes Facebook, 4 Juli 2009

Saat ini terdapat group di facebook yang menuntut agar partai Demokrat memecat Ruhut Sitompul sebagai anggota Dewan. Hal ini dipicu saat Ruhut mengatakan "Bangsat" saat rapat Pansus Soal Bailout Bank Pencury, eh Bank Perampok, eh Bank Century. Ini hanya satu contoh saja, dalam rapat dewan lainya, kita semua bisa melihat bagainya si raja minyak ini suka menyela, suka memotong pembicaraan orang. Klo soal camera face, itu penilaian subyektif saja.


(tiga)
Katanya sich, dalam ideologi Pancasila, ada ajaran yang menyatakan bahwa pemimpin itu harus mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan individu, keluarga maupun golongan.
Sumber : pemimpin negeri ini ???, Blog, 06 Januari 2009

Saat Anggodo mencatut nama SBY dalam kasus mafia hukum, SBY malah diam saja. SBY seharusnya menyeret Anggodo ke ranah hukum karena pencemaran nama baik. Saya sebagai warga negara marah karena kepala pemerintah sebagai simbol negara dicatut sembarang. Di lain kesempatan, saat nama keluarganya tertulis di Gurita Cikeas, SBY malah curhat di depan guru, klo keluarganya difitnah. Klo kepentingan negara, SBY malah diam. tapi giliran keluarga yang disinggung baru deh berbicara, eh curhat.


(empat)
Saya hanya takut, esok hari, ada ejekan "Wong Indonesia"; "Indonesian, lu", atau "Dasar Indonesia!". Sebuah ejekan yng diberikan oleh negara-negara maju pada republik ini. Sebuah ejekan yang mengambarkan kepada pandirnya kita, pandir dalam mengurus dirinya sendiri!
Sumber : [tentang] Dasar Indonesia!, Blog, 06 Juli 2007

Beberapa setelah tulisan ini, indonesia ribut sama malaysia soal reog, batik, tari pendet dan sebagainya. Kemudian kita juga tau bahwa malaysia kerap memanggil orang indonesia di dengan panggilan "indon"... sebuah panggilan merendahkan. Bagi saya inilah karma bagi kita bangsa indonesia yang suka merendahkan bangsa sendiri dengan sapaan "Wong ndeso!", "dasar kampungan" atau "udik lu"

@@@
mungkin ada bisa menambah ramalan saya yang berbukti ??? hehehehehe.............

No comments: