Tuesday, November 07, 2006

ANTARA GEMPA DAN KEMARAU PANJANG


Gempa jogja telah terjadi hampir lima bulan silam, tetapi masih masih banyak warga masyarakat tinggal di tenda-tenda. Ada juga yang tinggal di reruntuhan rumah sendiri dengan menambal sulam dinding yang telah rubuh. Bukan hanya harta benda yang hilang ditelan bencana, ribuan nyawa manusiapun menjadi korban keganasan alam.

Dengan kekuatan skala hampir 6 SR, masyarakat jogja -dan warga bantul khususnya- seakan terhenyak dari sisa-sisa kesadaran di pagi hari. Jauh sebelum gempa teknonik tersebut, jogja juga diancam bencana meletusnya gunung Merapi. Bahkan citra akan kenyamanan kota jogja tampaknya sedikit terkikis. JOgja mau tak mau harus berupaya keras untuk bangkit dan kembali mewujudkan sebuah "kota di surga" ... Oya sekadar info kota Yogyakarta berasal dari kata "Ing Ayodya Karta" yang kurang lebih artinya "kota di surga".

Kini yogya dilanda kemarau panjang... sebenarnya ini perkara cuaca yang sifatnya nasional juga. Bukan hanya di Jogja, tetapi juga membawa masalah bagi masing-masing wilayah. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, beberapa daerah susah mendapat air bersih dan harus mengandalkan bantuan air bersih dari pihak berkait. Di Kalimantan dan Sumatra, kebakaran hutan masih merupakan masalah rutin tiap tahun. Beberapa waktu silam sebuah gunung di Jawa Tengah juga mengalami kebakaran hutan yang juga disebabkan kemarau yang berkepanjangan ini.

Tetapi selalu ada hikmah dalam setiap kejadian... begitu pula dengan kemarau panjang ini. Beberapa pihak "mensyukuri" akan datang kemarau ini. Kemarau justru membawa manfaat bagi sebagian orang. Para korban gempa yang masih tinggal di tenda atau sisa reruntuhan rumah justru merasa lebih aman dan nyaman jika musim kemarau masih bertahan. Andai musim hujan datang, bayangkan bagaimana harus bertahan dari deras air yang turun, genangan yang membasahi alas tidur, atau dinginnya angin yang menusuk tulang mereka. Belum lagi dengan para bayi dan balita rentan terhadap perubahan cuaca... Konon, dalam kondisi kemarau panjang seperti ini, para umat islam di wilayah tersebut enggan menunaikan ibadah sholat minta hujan. Padahal tahun-tahun sebelumnya ibadah dijalankan agar menjadi permohonan kepada Yang Di Atas untuk segera menurunkan sang hujan. ... Toh, Bagaimana pun juga kemarau berkepanjangan ini adalah skenario dari Yang Maha Kuasa, yang tidak kita tahu.

:: Sekilas ketika niat untuk menulis ini sudah terbentuk, sebuah lagu milik PAS sengaja penulis putarkan di piranti komputer. Lagu berjudul "Kemarau" kayaknya sangat sesuai untuk menemani pendengar sekaligus menambah atmosfer tulisan.
" akankah kemarau ini berlari pergi
kurindukan hujan datang dan hadir di sini "



Rock d World!
rio_nisafa

No comments: