Tuesday, November 07, 2006

MELIHAT BULAN (KEMBAR)

Pertengahan Agustus 2003, saya pernah bergadang semalaman penuh. Bukan untuk acara 17-an seperti tirakatan memperingati HUT kemerdekaan bangsa kita, tetapi untuk melihat planet Mars, yang pada malam itu berada di titik paling dekat dengan planet bumi. Katanya karena dekatnya, langit malam akan terlihat bulan kembar. Bulan sebagai satelit bumi sendiri; dan Mars, sang planet merah yang akan terlihat sebesar bulan.

Malam itu saya dengan beberapa rekan Roy, Ali dan Fani -semuanya cowok :((, sengaja melewati malam di lantai atas sebuah rumah kontrakan. Sebenarnya tempat yang kami adalah tempat jemuran. Letaknya sendiri persis di depan kost-kostan kami. Melihat Mars adalah niat kami. Beberapa cemilan pun telah kami persiapkan. Oya, saat itu saya sedang trainee di sebuah advertising agency dan kost di bilangan Radio Dalam, Jakarta Selatan.

Namun .... saya tak melihat adanya bulan kembar. Tak ada benda asing yang dapat kami liat. Kalo sekadar bulan dan bintang, biasa kami liat. Namun tak terlihat Planet Mars yang katanya sebesar bulan itu. Yang jelas saya melihat sesuatu di langit sebelah barat-utara (klo tak salah). Wujudnya seperti bintang, tetapi terlihat besar dan berwarna kemerahan. Saya gak tau persis apakah itu Mars, atau jangan-jangan saya sudah tersugesti tentang keberadaan planet tersebut.

Keesokan harinya, di sebuah harian ibu kota, diberitakan bahwa penampakan Planet Mars memang tak seperti yang dipikirkan orang. Tak ada bulan kembar. Mars terlihat seperti bintang lainnya di angkasa. Lebih lanjut, dituliskan bahwa dengan adanya fenonema ini, sejumlah peralatan astronomi di planetarium mengalami kerusakaan karena terlalu banyaknya orang yang ingin menggunakannya.

Fenomena Planet Mars yang konon tak akan terjadi 1000 tahun lagi, memang memikat perhatian banyak orang. Saya telah membaca puluhan tulisan tentang kejadian astronomi tersebut di berbagai milis yang saya ikuti. Teman saya, Ali, yang menurut saya tidak pernah menggunakan internetpun, juga merasa tertarik untuk melihat kejadian tersebut.

Saya tak tau persis, tentang adanya kesalahan pemahaman antara kedekatan planet mars dengan rumor bulan kembar ini. Dalam hitungan astronomi, sekali lagi perhitungan astronomi, pada malam itu, pada jam tertentu posisi orbit planet mars berada di titik paling dekat dengan planet bumi. Dan ternyata benar! Saya "merasa" melihat sebuah bintang berwarna merah.
Persoalan bahwa akan terjadi bulan kembar, itu tak lebih dari buah bibir masyarakat.

Perhitungan Astronomi, yang saya sebut di paragrap di atas, memang perlu saya garis bawahi. Klo perlu dengan cetak tebal dan diberi stabilo. Setidaknya dalam kisah di atas. Para astronom telah menghitung, sekali lagi menghitung peredaran planet mars dan bumi, menghitung jarak terdekat, dan menentukan waktunya. Dan mereka menghitung dengan kalkulasi yang akurat dengan memenuhi kaidah keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Jadi wajar aja kalo mereka bisa menentukan kapan bumi dan mars berada di jarak terpendek.

Para ahli perbintangan tersebut, tak perlu bergadang setiap malam sepanjang tahun (atau bahkan 1000 tahun) untuk sekadar menatap langit dan kemudian berteriak langtang " hey, saya melihat planet mars dalam posisi paling dekat dengan planet kita! ". Sekalipun mereka bisa melihat dengan mata telanjang akan fenomena alam tersebut, bagaimana orang awam seperti saya... tentu saja saya akan melewati peristiwa tersebut. Oya, itu pun dengan catatan seandainya langit saat itu sedang cerah ? bagaimana kalo langit tertutup awan atau bahkan asap akibat kebaran hutan ? Apa dengan alasan awan, maka kedekatan mars-bumi akan terbantahkan ? Tentu tidak!

Kembali ke judul tulisan ini, Melihat Bulan (Kembar), saya hanya ingin hanya menyimpulkan bahwa .... saya melihat bulan ( yang katanya kembar itu) setelah adanya perhitungan akan posisi bulan ...eh, maksudnya posisi mars dan bumi... tetapi bagaimanapun juga ketiganya adalah benda alam juga, yang bisa dihitung dalam kaidah ilmu dan pengetahuan.

Rock d World!
rio_nisafa

No comments: